PEKALONGAN, suaramerdeka-pantura.com - Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) UIN Gus Dur Pekalongan bekerjasama dengan Jurusan Ilmu Komunikasi Unsoed Purwokerto menggelar kolaborasi pengabdian melalui dua program pelatihan literasi digital Tular Nalar Sekolah Kebangsaan, Kamis (9/2) dan Tular Nalar Akademi Digital Lansia, Jumat (10/2).
Tujuan dari kedua program ini adalah mengajak masyarakat menjadi masyarakat yang santun dan bijak dalam bermedia sosial terutama menjelang tahun politik 2024. Koordinator Fasilitator Program Dr Mite Setiansah MSi menyampaikan, bahwa program pelatihan Tular Nalar Sekolah Kebangsaan dan Tular Nalar Akademi Digital Lansia merupakan dua program dari Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) yang didukung oleh Google.org yang berfokus untuk menularkan literasi digital yang santun, bijak dan damai kepada masyarakat luas.
“Tular Nalar ini merupakan program dari Mafindo yang anggotanya mencapai 85 ribu anggota se-Indonesia. Kegiatan ini terfokus mengajak para siswa menjadi pemilih pemula yang cerdas dalam Pemilu 2024 mendatang,” tutur Mite pada pembukaan acara Sekolah Kebangsaan, Kamis (9/2).
Guna mendukung tujuan tersebut, Mite menyampaikan, terdapat 10 orang fasilitator yang bertugas untuk memfasilitasi dan mendampingi seluruh peserta program. Kesepuluh fasilitator ini terdiri dari kalangan dosen dan mahasiswa yang berasal dari dua perguruan tinggi di Jawa Tengah, yaitu Unsoed Purwokerto dan UIN Gus Dur Pekalongan.
Terkait sasaran program, kata dia, sekolah kebangsaan menyasar anak muda dengan kriteria pemilih pertama pada ajang Pemilihan Umum 2024. Dilaksanakan di Aula SMAN 4 Purwokerto, program ini diikuti oleh 100 siswa sekolah tersebut. Adapun program Akademi Digital Lansia, sesuai namanya, program ini diadakan di Aula Kelurahan Purwanagera dan melibatkan 100 warga lansia dari unsur majelis ta'lim, Muslimat NU, PWRI, dan PKK.
Pada sesi diskusi kegiatan Akademi Digital Lansia, fasilitator dari UIN Gus Dur Pekalongan Teddy Dyatmika M Ikom mengungkap berbagai persoalan yang dapat timbul dari penggunaan aplikasi percakapan. Diantara persoalan tersebut adalah penyebaran konten hoaks, ujaran kebencian, dan terjeratnya kasus penipuan digital.
“Untuk menghindari penyebaran narasi kebencian dan konten hoaks terutama menjelang tahun politik 2024, maka saya sarankan agar saring sebelum sharing. Pastikan pesan atau informasi yang akan disebar itu valid. Jika tidak yakin berita itu benar maka sebaiknya jangan disebar,” tegas Teddy.
Terkait penipuan digital, Teddy mengingatkan agar para warga lansia selalu waspada terhadap pesan palsu yang tersebar di aplikasi percakapan terutama yang meminta data rahasia seperti nomor kependudukan dan kode rahasia OTP. “Jika ada telpon atau pesan yang mencurigakan harus tetap tenang. Cek benar-benar pesan tersebut, jika tidak jelas maka tolak saja,” tegasnya.
Farah Farhatus Soimah, salah satu fasilitator dari mahasiswa menyebut, dapat terlibat dalam kegiatan ini merupakan pengalaman yang luar biasa. Farah menuturkan, menjadi fasilitator program merupakan hal yang tak terlupakan, karena harus dituntut dapat berkomunikasi dengan baik kepada peserta Tular Nalar yang terdiri dari remaja dan warga lansia.
"Banyak manfaat dari pelatihan literasi digital ini. Membawa misi untuk berbagi mengenai cara terhindar dari hoax dan menjadi pemilih kritis dalam Pemilu 2024," tutur Farah yang merupakan mahasiswa Prodi KPI UIN Gus Dur.