BATANG, suaramerdeka-pantura.com - Ketua DPRD Kabupaten Batang Maulana Yusup memimpin jalannya rapat paripurna istimewa dengan agenda mendengarkan pidato Presiden Republik Indonesia dalam rangka HUT Kemerdekaa RI ke 76 dan penyampaian pidato kenegaraan dalam rangka penyampaikan RUU APBN 2022 dan nota keuangan, Senin (16/8).
Sesaat usai memimpin jalannya rapat parpurna istimewa tersebut, Ketua DPRD Kabupaten Batang Maulana Yusup mengajak para pemuda untuk mengisi kemerdekaan dengan kegiatan-kegiatan yang positif. "Dirgahayu Republik Indonesia Ke 79. Indonesia tangguh, Indonesia tumbuh," kata dia.
Ajakan kepada pemuda guna mengisi kemerdekaan dengan kegiatan yang positif, kata dia, penting untuk terus disampaikan. Pasalnya, tugas pemuda saat ini hanya melanjutkan perjuangan para pahlawan kemerdekaan terdahulu yang sudah susah payah mengorbankan segalanya untuk merebut kemerdekaan Indonesia.
Baca Juga: Napak Tilas Perjalanan Demokrasi Kita
Apalagi, lanjut Ketua DPRD Kabupaten Batang Maulana Yusup, utamanya di era pandemi Covid-19 sekarang ini, perjuangan yang dilakukjan adalah bagaimana untuk terus menerus mematuhi protokol kesehatan sebagai upaya bentuk perjuangan mengusir wabah Covid-19 di bumi negeri ini. "Maju terus Indonesia. Merdeka," ucapnya.
Sementara itu, Presiden Joko Widodo menyampaikan pidato kenegaraan dalam rapat tahunan MPR RI dan sidang bersama DPD dan DPR RI. Dalam pidato itu, Presiden mengatakan, rrisis, resesi, dan pandemi itu seperti api.
"Kalau bisa kita hindari, tetapi jika hal itu tetap terjadi, banyak hal yang bisa kita pelajari. Api membakar, tetapi juga sekaligus menerangi. Kalau terkendali, dia menginspirasi dan memotivasi. Dia menyakitkan, tetapi sekaligus juga menguatkan. Kita ingin pandemi ini menerangi kita untuk untuk mawas diri, memperbaiki diri, dan menguatkan diri, dalam menghadapi tantangan masa depan," paparnya sebagaimana disiarkan dan diperdengarkan di ruang rapat paripurna DPRD Kabupaten Batang, Senin (16/8).
Dijelaskannya, pandemi itu seperti kawah candradimuka yang menguji, yang mengajarkan, dan sekaligus mengasah. Pandemi memberikan beban yang berat kepada kita, beban yang penuh dengan risiko, dan memaksa kita untuk menghadapi dan mengelolanya. Semua pilar kehidupan kita diuji, semua pilar kekuatan kita diasah.
“Ketabahan, kesabaran, ketahanan, kebersamaan, kepandaian, dan kecepatan kita, semuanya diuji dan sekaligus diasah. Ujian dan asahan menjadi dua sisi mata uang yang tidak terpisahkan. Bukan hanya beban yang diberikan kepada kita, tetapi kesempatan untuk memperbaiki diri juga diajarkan kepada kita. Tatkala ujian itu terasa semakin berat, asahannya juga semakin meningkat. Itulah proses menjadi bangsa yang tahan banting, yang kokoh, dan yang mampu memenangkan gelanggang pertandingan,” jelasnya.
Pandemi COVID-19, Lanjut dia, telah memacu kita untuk berubah, mengembangkan cara-cara baru, meninggalkan kebiasaan lama yang tidak relevan, dan menerobos ketidakmungkinan. Kita dipaksa untuk membangun normalitas baru dan melakukan hal-hal yang dianggap tabu selama ini.
Baca Juga: UPS dan OJK Gelar Kompetisi Ekonomi 2021, SMK 1 Slawi Sabet Juara Umum
Memakai masker, menjaga jarak, tidak bersalaman dan tidak membuat keramaian, adalah kebiasaan baru yang dulu dianggap tabu. Bekerja dari rumah, belanja daring, pendidikan jarak jauh, serta rapat dan sidang secara daring, telah menjadi kebiasaan baru yang dulu kita lakukan dengan ragu-ragu.