PEKALONGAN, suaramerdeka-pantura.com - Beragam potret usaha ekonomi kreatif batik Pekalongan pada masa lalu, mulai dari proses membatik hingga pemakaian batik dalam kehidupan sehari-hari terbingkai dalam Pameran Foto “batik, as A Trip Pekalongan City to be a World’s Creative City” di Museum batik..
Pameran diselenggarakan Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga (Dinparbudpora) dan Dinas Kearsipan dan Perpustakaan (Dinarpus) Kota Pekalongan dalam rangka memperingati tujuh tahun penetapan Kota Pekalongan sebagai Kota Kreatif UNESCO.
Foto-foto yang dipamerkan di antaranya proses pembuatan batik menggunakan canting (batik tulis) maupun canting cap tahun 1954, serta pembuatan canting cap.
Selain itu, ada pula potret suasana pranggok (tempat pembuatan batik) tahun 1927, juga foto keluarga Bupati Pekalongan tahun 1858, Raden Toemenggoeng Arjo Wirjo Adi Negoro yang memakai batik.
Baca Juga: Indonesia Darurat Kekerasan Seksual, MF Nurhuda Yusro: Pengesahan RUU TPKS Mendesak Dilakukan
Tidak hanya itu, ada pula foto-foto Wakil Presiden Moh Hatta saat berkunjung ke Pekalongan pada 26 Juli 1956 untuk meninjau perkembangan koperasi dan pembangunan.
Ada pula foto kegiatan batik on the road yang berhasil memecahkan rekor dunia membuat batik terpanjang tahun 2005.
Kepala Dinparbudpora Kota Pekalongan Sutarno mengatakan, pameran foto tersebut menguatkan kembali komitmen Kota Pekalongan yang telah ditetapkan sebagai Kota Kreatif dunia oleh UNESCO sejak tujuh tahun silam.
“Pada pameran ini, kita bisa melihat potret para pelaku ekonomi kreatif terdahulu terkait batik. Ternyata budaya batik ini sudah berjalan begitu lama, bahkan ratusan tahun lalu, dan sampai sekarang batik masih eksis dan sudah mendapatkan pengakuan dari dunia," terangnya.
Sutarno berharap, generasi muda di Kota Pekalongan tidak melupakan sejarah para pelaku ekonomi kreatif terdahulu dengan senantiasa menghargai usaha-usaha para pendahulu.
"Sebagai generasi penerus wajib meneruskan karya-karya para pelaku ekonomi kreatif terdahulu,” sambungnya.
Lebih lanjut Sutarno mengatakan, salah satu upaya yang dilakukan untuk mempertahankan Kota Pekalongan sebagai Kota Kreatif UNESCO, di antaranya dengan nguri nguri budaya batik pada momentum-momentum, seperti Peringatan Hari batik.
Namun karena pandemi Covid-19, beberapa kegiatan terpaksa tidak dilaksanakan karena ada sejumlah pembatasan-pembatasan.
Baca Juga: Gunakan Senter Berukuran Kecil Komplotan Pencuri Lintas Provinsi Gasak Tiga Ekor Kerbau Bule, Dijual ke Jabar Baca Juga: Gunakan Senter Berukuran Kecil Komplotan Pencuri Lintas Provinsi Gasak Tiga Ekor Kerbau Bule, Dijual ke Jabar
Panitia pameran foto sekaligus Kasi Pengembangan dan Pembinaan Kearsipan Dinarpus Kota Pekalongan Agung Tjahjana menambahkan, melalui pameran tersebut.
Artikel Terkait
Laura Anna Meninggal Dunia, Berikut Profil Lengkapnya Yang Menuntut Keadilan Terhadap Gaga Muhammad
Profil Lengkap Gaga Muhammad Kekasih Laura Anna Terdakwa Atas Perkara Kecelakaan Yang Sebabkan Laura Anna Lump
Selegram Laura Anna Meninggal Dunia: Ini Pesannya Sebelum Tutup Usia, Kala Diwawancarai Deddy Corbuzier
Selegram Laura Anna Meninggal Dunia: Hasil Pemeriksaan Laura Anna Idap Penyakit Servikal Vertebat Disslocation
Selegram Laura Anna Meninggal Dunia: Ini Gejala Penyakit Servikal Vertebat Disslocation Yang Diidap Laura Anna