SLAWI, suaramerdeka-pantura.com - Setelah tertunda karena pandemi Covid-19, akhirnya Museum Situs Semedo yang berada di Desa Semedo, Kecamatan Kedungbanteng, Kabupaten Tegal diresmikan dan dibuka untuk masyarakat umum.
Soft launching Museum Semedo dilakukan bertepatan dengan Hari Museum Indonesia, Rabu (12/10), bersamaan dengan dua museum lain yang didirikan oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, yakni Museum Batik Indonesia di Taman Mini Indonesia Indah dan Museum Song Terus di Pacitan.
Pelaksanaan soft launching museum situs bersejarah ini, dihadiri langsung oleh Bupati Tegal, Umi Azizah, Direktur Perlindungan Kebudayaan Kemdikbudristek, Irini Dewi Wanti, Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Abdul Fikri Fakih, dan Direktur Jenderal (Dirjen) Kebudayaan Kemendikbudristek, Hilmar Farid, yang menyaksikan melalui teleconference.
Museum Situs Semedo, yang berdiri di lingkungan permukiman warga Desa Semedo ini memiliki bangunan megah . Museum yang dibangun mulai 2015 di atas lahan 9.987 meter persegi menjadi pusat informasi dan ilmu pengetahuan kepurbakalaan serta penelitian arkeologi nasional.
Baca Juga: Ika Medica Undip Komitmen Menjadi Bapak Asuh Anak Stunting di Wilayah Bregas
Bupati Tegal Umi Azizah dalam sambutanya menyampaikan, Museum Situs Semedo menjadi kebanggan tersendiri bagi Pemkab Tegal dan dunia arkeologi.
Kehadiran Museum Situs Semedo menjadi representasi adanya kehidupan purba di sini yang berawal dari temuan alat-alat batu seperti kapak perimbas di tahun 2007 yang menandakan adanya kehidupan manusia purba pada zaman dahulu.
Dan itu kemudian dibuktikan di bulan Mei 2011 dengan adanya temuan fosil kepingan tengkorak kepala Homo erectus yang diperkirakan usianya sekitar 700 ribu tahun sebagai koleksi unggulan Museum Situs Semedo.
Selain akan menjadi destinasi wisata edukasi unggulan Kabupaten Tegal, kata Umi, keberadaan Museum Situs Semedo ini juga menjadi bagian dari upaya konservasi dan pelestarian kawasan cagar budaya di sekitarnya yang membentang sejauh 3,5 kilometer di mana banyak ditemukan fosil fauna binatang darat dan makhluk yang hidupnya ada di dalam laut.
Baca Juga: Universitas Bhamada Wisuda 418 Lulusan, Ruang Pengabdian Bidang Kesehatan Masih Terbuka Luas
“Keberadaan museum ini menjadi peluang bagi warga Semedo dan sekitarnya untuk mendorong peningkatan perekonomian setempat melalui aktivitas seni budayanya sebagai sektor pendukung eksistensi situs Semedo,” tutur Umi.
Untuk itu, warga setempat diharap bisa menjaga kelestarian lingkungan hidup, menghijaukan kawasan hutan, menata kampungnya untuk menciptakan desa sadar wisata.
Warga dapat menata kampungnya dengan penghijauan menggunakan pohon peneduh, membuat taman bunga di depan rumah, menjaga rumah-rumah kayunya sebagai keunikan atau kekhasan Semedo hingga menjaga kebersihannya.
Hal senada disampaikan Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid saat peluncuran ketiga museum dari Museum Batik Indonesia, di Jakarta, pada Rabu (12/10/2022).
Baca Juga: LP Ma’arif NU Gelar Porsema XII, Diikuti 1.062 Siswa