Menurut dia, mitos lainnya adalah bila minum dan cuci muka di pancuran ke-5 Tuk Bening (dihitung dari kanan), maka akan jadi awet muda dan membantu menyembuhkan penyakit kulit.
“Kebanyakan yang datang kemari minta didoakan kepada Tuhan lewat perantara penunggu Tuk Bening agar usahanya lancar, mudah jodoh, pangkat dan jabatan, dan disembuhkan dari berbagai penyakit. Untuk yang jelek-jelek saya tolak,” terangnya.
Mbah Nakim berpesan, agar para pengunjung Tuk Bening dan Goa Jepang berhati bersih dan menjaga kebersihan maupun ucapan sehingga dijauhkan dari kerasukan dan hal-hal yang tidak diinginkan lainnya.
Sebagai mata air, Tuk Bening tentunya menjadi sumber kehidupan masyarakat setempat. Bahkan, dari Tuk Bening, semua kebutuhan air Pabrik Teh Kaligua dicukupi.
Sebuah pipa besar sengaja dibuat untuk mengaliri air dari Tuk Bening ke kawasan pabrik teh.
Tuk Bening ini, ditemukan kali pertama bersamaan dengan dibangunya Pabrik Teh Kaligua di tahun 1889. Pabrik Teh Kaligua sendiri didirikan oleh Van De Jong.
Dalam pembangunannya, Van De Jong memanfaatkan air di Tuk Bening untuk mencukupi kebutuhan air, termasuk untuk pengolahan teh hitam di pabriknya.
Setelah Indonesia merdeka, Pabrik Teh Kaligua pengelolaannya ditangani PT Perkebunan Nasional IX yang kantornya berpusat di Solo, Jateng.
Seiring perkembangan zaman, air Tuk Bening kini sudah dimanfaatkan secara maksimal, dengan diolah menjadi air mineral dalam kemasan dan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH)
Untuk menuju sumber air Tuk Bening, dari pintu masuk Obyek Wisata Kaligua, akan menyusuri jalan berbatu yang ditata dengan rapi. Di kanan kirinya, terbentang tanaman teh yang menghijau.