SEMARANG, suaramerdeka-pantura.com - Cuaca cerah menaungi kawasan Waduk Jatibarang di Kelurahan Kandri, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang, Jumat (3/2) siang. Puluhan wartawan dari Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) kabupaten/ kota se-Jawa Tengah, menghambur keluar dari bus listrik H 8293 XA milik Dinas Perhubungan Kota Semarang yang membawa mereka.
Pemandangan waduk dan pepohonan di sekitarnya, tampak di depan mata. Di dermaga tak jauh dari area parkir, beberapa perahu motor sedang ditambatkan. Ismanto tersenyum ramah menyambut kedatangan mereka. Warga RT 01/ RW 03 Talun Kacang, Kelurahan Kandri itu, siap mengantarkan mereka berkeliling waduk dengan perahu motornya.
Empat orang dengan mengenakan pelampung naik ke perahu motornya. Seiring laju perahu motor yang dikemudikan Ismanto, tampak di kejauhan jembatan berwarna merah yang menghubungkan pulau kecil di tengah Waduk Jatibarang. Di pulau kecil itu terdapat kawasan wisata Gua Kreo.
Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Suko Makmur menyediakan 22 perahu motor untuk berwisata air menikmati pemandangan Waduk Jatibarang dengan perahu motor. Pengunjung dikenakan tarif Rp 100.000 untuk satu kali perjalanan sekitar 15 menit.
“Berapa pun penumpangnya, bayarnya Rp 100.000. Bisa dua orang atau empat orang,” kata Ismanto yang telah menjadi juru mudi perahu motor selama sepuluh tahun.
Irva Febriani (23), wartawan Batik TV Pekalongan, baru pertama kali berwisata berkeliling waduk menggunakan perahu motor. Sehingga pengalaman hari itu sangat berkesan baginya.
“Sangat memacu adrenalin, tapi sangat menyenangkan. Pemandangannya sangat indah, juru mudinya juga ramah,” kata Irva usai berkeliling dengan perahu motor di Waduk Jatibarang.
Berwisata air menggunakan perahu motor di Waduk Jatibarang hanyalah satu dari beberapa aktivitas yang bisa dinikmati saat berkunjung di Desa Wisata Kandri.
Desa Wisata Kandri atau Dewi Kandri dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Wali Kota Semarang Nomor 556/407 tanggal 21 Desember 2012 dengan cluster desa wisata berbasis daya tarik alam dan daya tarik budaya.
Lokasinya berada di ketinggian 300 meter di atas permukaan laut (mdpl) dan berjarak 17 km dari ibu kota Kota. Sehingga berkunjung ke Desa Wisata Kandri bisa menjadi pilihan saat ingin sejenak menepi dari rutinitas harian.
Selain berwisata di Waduk Jatibarang, pengunjung bisa singgah di Gua Kreo. Sehari sebelumnya, rombongan wartawan yang difasilitasi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jawa Tengah itu berkunjung di Gua Kreo.
Di tengah hujan yang mengguyur Gua Kreo sore itu, Pemandu Wisata Gua Kreo, Danu Kasno menjelaskan sejarah Gua Kreo di Gazebo di kawasan Gua Kreo. “Sore ini, kita ambil tema ‘Perjalanan Sunan Kalijaga membawa kayu jati menuju ke Demak,” kata dia mengawali ceritanya.
Para wartawan menyimak cerita sembari menikmati dawet rempah sayur dan aneka jajanan yang disuguhkan. Menurut Danu Kasno, Gua Kreo berasal dari kata “mangreho” atau “ngreho” yang disampaikan Sunan Kalijaga kepada empat kera berwarna hitam, putih, merah, dan kuning yang ditemuinya dalam perjalanan membawa kayu jati ke Demak.
“Pada waktu ingin mendirikan Masjid Demak, empat wali, yaitu Sunan Ampel, Sunan Bonang, Sunan Gunung Jati dan Sunan Kalijaga bertugas mencari kayu jati untuk soko guru (tiang utama penyangga kerangka serta atap masjid),” jelas Danu.